Pemerintah Indonesia terus berkomitmen memperluas kawasan konservasi melalui program “One Map Initiative” yang bertujuan mengurangi konflik pemanfaatan lahan. Kolaborasi dengan komunitas internasional, LSM, dan sektor swasta semakin diperkuat untuk mendukung upaya konservasi.
Masa depan Taman Nasional Indonesia sangat bergantung pada kemampuan bangsa ini menjaga keseimbangan antara kebutuhan pembangunan dengan kelestarian alam. Dengan lebih dari lima puluh taman nasional yang tersebar dari Sabang hingga Merauke, Indonesia memiliki warisan keanekaragaman hayati yang luar biasa, mulai dari hutan tropis, savana, pegunungan, hingga laut yang kaya dengan spesies endemik. Namun, tantangan yang dihadapi semakin besar seiring meningkatnya tekanan akibat perubahan iklim, deforestasi, perambahan lahan, hingga maraknya perburuan dan perdagangan satwa liar.
Di tengah tantangan tersebut, upaya kolaboratif menjadi kunci. Pemerintah bersama lembaga konservasi dan masyarakat lokal perlu menguatkan komitmen dalam pengelolaan berbasis sains dan teknologi, termasuk penggunaan sistem pemantauan satwa dengan kamera jebak, patroli digital, hingga pemanfaatan citra satelit untuk mengawasi perubahan ekosistem. Lebih dari itu, partisipasi masyarakat sekitar taman nasional harus diperkuat dengan memberikan alternatif ekonomi berbasis ekowisata, hasil hutan non-kayu, serta pemberdayaan melalui pendidikan lingkungan.
Jika upaya konservasi dilakukan secara berkesinambungan, masa depan taman nasional di Indonesia tidak hanya akan menjadi benteng terakhir keanekaragaman hayati, tetapi juga menjadi penopang keberlangsungan hidup manusia. Ekosistem yang sehat akan menjaga ketersediaan air, udara bersih, pangan, dan keseimbangan iklim, sehingga manfaatnya dapat dirasakan hingga lintas generasi. Dengan visi yang jelas dan tindakan nyata, taman nasional di Indonesia dapat tetap lestari sebagai warisan alam dunia yang membanggakan.